Wednesday, May 19, 2010

Kebahagiaan Anak Suku Kubu yang Lulus UN SMP


Kebahagiaan Anak Suku Kubu yang Lulus UN SMP

SP/Radesman Saragih

Bersudut (kiri) didampingi Wakil Kepala SMP Negeri 14 Tebo, Immardi (kanan) melihat hasil pengumuman UN SMP di sekolah itu, Sabtu (8/5).

Bersudut (17), berjingkrak kegirangan setelah melihat namanya muncul pada pengumuman kelulusan ujian nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di papan pengumuman SMP Negeri 14 Kabupaten Tebo, Jambi, Sabtu (8/5) petang. Dia agak terpana seolah tak percaya bisa lulus UN.

Soalnya Bersudut hanyalah anak seorang warga kelompok masyarakat suku terasing, Suku Kubu atau Orang Rimba. Kemudian dia hanya sekolah di SMP Terbuka Desa Bangun Serenten Muaratabir, sekitar tiga jam perjalanan dari Kota Muaratebo, Kabupaten Tebo.

Bersudut yang di sekolahnya diberi nama Herman Jalil benar-benar merasa bangga karena dialah Orang Rimba pertama yang mampu meraih prestasi lulus SMP. Selain itu, Bersudut mampu mengimbangi prestasi 138 orang peserta UN di SMP Negeri 14 Tebo. Bahkan, Bersudut bisa mengalahkan prestasi tiga orang siswa SMP Negeri 14 Tebo yang gagal UN.

Nilai UN yang diraih Bersudut juga cukup lumayan dengan total 25,15. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, dia meraih nilai 6,8, Bahasa Inggris 5,6, Matematika 6,5, dan IPA 6,3.

Bersudut meraih prestasi hingga bisa lulus UN SMP penuh perjuangan. Sebagai anak Orang Rimba yang tinggal di Bernai Makekal Tengah, kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) Jambi, ia harus menempuh jarak 10 kilometer untuk belajar di sekolahnya. Kadang ia menggunakan sepeda motor, kadang berjalan kaki.

Namun, karena tekadnya yang kuat meraih pendidikan yang lebih tinggi, anak pertama dari tiga bersaudara ini tak kenal lelah untuk sekolah. Besudut mulai mengenal pendidikan sejak ia ikut sekolah alternatif yang digagas Komunitas Konservasi Indonesia (KKI ) Warung Informasi Konservasi (Warsi ) di kawasan Makekal TNBD Jambi tahun 1999.

Kala itu, Bersudut bersama anak rimba lainnya, mengikuti pendidikan memperkenalkan baca tulis hitung pada kelompok Orang Rimba dari Kelompok Bepak Bepiun di bawah kepemimpinan Tumenggung Ngukir.

Dari sekolah alternatif inilah muncul keinginannya untuk bersekolah yang lebih tinggi. Ini juga yang kemudian membawanya keluar dari TNBD dan diangkat anak oleh Orang Desa di Rantau Panjang Merangin. Bersudut disekolahkan di SD Negeri Rantau Panjang hingga menamatkan kelas 6.

Perhatian

Bersudut yang menjadi pusat perhatian pada saat pengumuman tersebut kepada wartawan mengisahkan, bawah dia pernah hendak sekolah SMP di Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi. Tetapi gagal karena orangtuanya pindah (melangun) ke kawasan hutan di Tebo. Namun, motivasi Bersudut untuk bisa sekolah lebih tinggi lagi lulus SMP tidak terbendung. Dia pun ikut sekolah SMP Terbuka di Tebo. Sekolahnya di SMP Terbuka yang dikelola SMPN 14 Tebo kebetulan dekat dengan pemukiman Orang Rimba.

Dengan program SMP terbuka, Besudut tidak sekolah setiap hari, namun hanya sekali dalam seminggu. “Dengan sekali seminggu awak masih ado waktu bantu orang tuo motong para (menyadap karet), biso jugo bantu-bantu untuk kebutuhan sekolah awak,”katanya.
Menurutnya, dengan sekolah sekali seminggu ia lebih leluasa untuk keluar masuk rimba. “Kalau tiap hari sekolah di mana awak nak sekolah, jauh jugo masuk ka rombong awak tu,”paparnya.

Dikatakan, mata pelajaran yang digemari Besudut adalah Bahasa Indonesia dan yang kurang digemari adalah IPA. Namun untuk dalam menghadapi UN kemarin, ia belajar intensif. Buku paket dan bimbingan dari guru-gurunya sangat membantu Besudut dalam menghadapi ujiannya.

Keberhasilan Besudut ini tak lepas dari peran pihak SMP Negeri 14 Tebo yang juga mendukung pendidikan bagi Orang Rimba. Hal itu nampak dari keseriusan guru-guru di sekolah itu membimbing Bersudut hingga saat-saat menjelang UN.
“Kami berharap kebergasilan Besudut lulus SMP akan mendorong anak-anak Orang Rimba bisa bersekolah. Bersudut ibaratnya contoh bagi anak-anak Orang Rimba lainnya,” Wakil Kepala Sekolah SMPN 14 Tebo, Immardi .

Menurutnya, Besudut punya motivasi yang sangat tinggi. Dia tidak pernah mangkir ketika jadwal sekolahnya tiba. Dia juga cepat tanggap sehingga ia tidak terlalu kesulitan dalam belajar.

Bersudut mengatakan, seusai lulus SMP, Dia ingin melanjutkan sekolah ke tingkatan selanjutnya, SMA. “Saya ingin lanjut, SMA. Cuma saya masih agak ragu, apakah bisa masuk sekolah SMA biasa. Masalahnya biaya cukup mahal,”katanya.
Bersudut berharap ada dermawan yang mau membantunya bisa sekolah di SMA. Bersudut ingin sekolah di SMA 19 Tebo yang berada di Desa Pintas yang dekat dengan pemukiman orangtuanya.

Direktur (KKI Warsi)Jambi, Rakhmat Hidayat kepada SP mengatakan, pihaknya kini berupaya agar Bersudut mendapatkan bapak angkat untuk melanjutkan studi ke SMA. Selain itu diupayakan juga agar anak Orang Rimba yang pertama lulus SMP itu bisa melanjutkan pendidikan ke SMA melalui bantuan atau beasiswa pemerintah.
“Prestasi Bersudut bisa lolos UN SM merupakan salah satu hasil program pendidikan anak-anak Orang Rimba. Mudah-mudahan pemerintah dan dermawan melihat prestasi Bersudut ini dan mau memberikan bantuan untuk pendidikian anak-anak Orang Kubu,”katanya.

[SP/Radesman Saragih]

http://202.169.46.231/index.php?modul=news&detail=true&id=18233

No comments: