Thursday, May 27, 2010

Bila Allah Menduga Kita - Best Seller


Alhamdulillah, Bila Allah Menduga Kita is still around in the best-sellers list. The caption was from Berita Harian.

http://www.mustread.com.my/index.php/component/content/article/34-berita/127-bila-allah-menduga-kita-dan-la-tahzan-gadisku-terlaris.html

Bila Allah Menduga Kita - Linda Amin


Bila Allah Menduga Kita

Review by Linda Amin

Buku yang saya baca ini, mendapat tempat ke-10 dalam ranking MPH buku tempatan terlaris yang disiarkan di akhbar NST beberapa hari lepas.

Penulis mengajak pembaca untuk menambah iman terhadap qada' dan qadar iaitu rukun iman yang keenam. Selain daripada dalil Al-Quran dan hadith sahih yang digunakan, penulis juga menggarapkan pelbagai kisah ulama' terdahulu, tokoh barat dan juga pengalaman beliau sendiri. Buku ini amat menarik untuk memotivasikan kembali jiwa yang ditimpa musibah dan untuk menambah kesyukuran kita pada Allah SWT. Tidak keterlaluan untuk saya katakan jika buku ini sebaik La Tahzan hasil karya Dr 'Aidh Al-Qarni.

Ingin saya kongsikan salah sebuah kisah yang dimuatkan oleh penulis dalam bab Iman Terhadap takdir.

Ibnu Taimiyah bercerita mengenai seorang menteri yang selalu menjawaba 'baik' setiap kali ditanya pendapatnya mengenai sesuatu. Suatu hari menteri ini menghadiri acara makan malam bersama raja. Ketika sedang memotong buah, raja dengan tidak sengaja telah terpotong jarinya. Baginda berasa amat sakit. Raja pun bertanya pada menteri di sebelahnya tentang kejadian yang baru sahaja dialaminya.

"Baik, wahai Raja," Jawab menteri itu tanpa keraguan

"Apa? Kamu katakan ini baik?" Raja terperanjat dengan jawapan itu.

"Ya, wahai Raja. Itu baik"

Raja sangat marah dengan jawapan itu. Mana mungkin jarinya yang luka parah seperti itu dianggap menterinya sebagai hal yang baik? Maka dia memerintahkan menteri itu ditangkap dan dipenjarakan. Kemudian Raja mengunjungi menterinya di penjara dan bertanya padanya,"Sekarang, apa pendapatmu tentang keadaanmu sendiri, masih mahu berada dalam penjara seperti ini?"

"Baik wahai Raja," Jawab menteri itu tanpa ragu-ragu.

Mendengar jawapan itu, raja menjadi semakin marah dan segera meninnggalkan menterinya sendirian di dalam penjara. Dia merasa menterinya itu sangat bodoh dan keterlaluan dalam memberikan pendapat. Beberapa hari kemudian, raja pergi berburu di dalam hutan dan ditemani menterinya yang lain kerana menteri yang biasa menemaninya telah dipenjarakan untuk menemani. Mereka pun berangkat dengan kuda menuju ke hutan. Oleh kerana menteri yang baru tidak biasa dengan cara raja menunggang kuda, akhirnya dia tertinggal jauh di belakang. Mereka terpisah dan raja sendiri telah tersesat di dalam hutan. Bukan hanya tersesat, raja juga ditangkap oleh sekumpulan penyembah berhala yang tinggal di dalam hutan itu.

Raja tersebut ditahan oleh para penyembah berhala dan ditetapkan oleh mereka sebagai korban untuk berhala mereka. Mereka melakukan upacara selama tujuh hari dan pada hari ketujuh mereka membawa raja ke tempat penyembahan. Saat raja sudah siap untuk dikorbankan, mereka melihat jari raja telah terpotong, lalu mereka menjadi ragu untuk mengorbankan raja.

" Kita hanya mempersembahkan yang terbaik dan sempurna pada berhala kita." Kata ketua suku yang memimpin upacara tersebut.

" Orang ini jarinya sudah terpotong, jadi dia tidak layak menjadi korban,"

Dengan ini mereka melepaskan raja tersebut dan baginda kembali ke kerajaannya dengan perasaan yang sangat gembira. Selang beberapa hari selepas peristiwa itu, raja teringat akan kata-kata menterinya. Dia segera ke penjara dan berkata pada menterinya itu,

" Apa yang kamu katakan waktu jari saya terpotong memang betul. Itu memang hal yang baik,"
Lalu raja menceritakan apa yang telah dialaminya hingga dia akhirnya selamat dari ancaman kematian. Menteri itu tersenyum sambil berkata,

"Saya berada di dalam penjara ini juga baik kerana jika saya pergi dengan raja pada hari itu, saya juga turut tertangkap. Tentu saya yang akan dijadikan korban kerana anggota tubuh saya lengkap dan tidak ada yang cacat."

Maka Ibnu Taimiyah menutup cerita ini dengan mengatakan,"Semua yang ditetapkan oleh Allah adalah baik,"

POSTED BY LINDA AMIN AT 4:28 PM
LABELS: BEDAH BUKU

http://linda-qibtiah.blogspot.com/2010/05/bila-allah-menduga-kita.html

Friday, May 21, 2010

Satu Keluarga Terpaksa Tinggal di Kandang Ayam

Satu Keluarga Terpaksa Tinggal di Kandang Ayam
Sabtu, 22 Mei 2010, 10:24 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN--Warga Desa Branta, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur yang selama ini tinggal di bekas kandang ayam karena tidak punya rumah, Sabtu (22/5), dikunjungi Bupati Pamekasan Kholilurrahman.

Kholilurrahman datang melihat tempat tinggal pasangan suami istri Mohammad Tamim (35) dan Muslihah (32) warga Dusun Tenjang, Desa Branta Pesisir, Kecamatan Tlanakan itu. "Kondisi seperti ini kok bisa luput dari pendataan saat ada bantuan rumah tidak layak huni baru-baru ini," kata Bupati saat melihat secara langsung kondisi rumah tempat tinggal Tamim dan keluarganya itu.

Di kandang berukuran sekitar 3x4 meter inilah Tamim bersama istri dan tiga orang anaknya, Milda (5), Ulfia Narafifah (9) dan Luluk Agustinah (10) tinggal.

Dengan ukuran yang sangat sempit, disitu juga Tamim dan keluarganya memasak. Panci, kompor dan baju menyatu menjadi satu. "Ya beginilah kehidupan kami sehari-hari," kata Muslihat kepada Bupati Kholilurrahman, dengan wajah tertunduk lesu.

Sebelum menghuni rumah yang merupakan bekas kandang ayam milik warga di dusun Tenjang itu, Tamim bersama istrinya Muslihah dan anak-anaknya hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.

Tidak jarang mereka tidur di trotoar jalan dan seringkali diusir petugas."Setelah ada bekas kandang ayam yang kami tempati sekarang ini, kehidupan kami agak lebih tenang," kata suaminya Tamim.

Meski keluarga ini merupakan keluarga yang sangat miskin, ia luput dari pendataan bantuan rumah tidak layak huni yang dicanangkan pemerintah pada 2008 . Bahkan, bantuan beras untuk keluarga miskin (raskin) saja, hanya menerima empat kali.

"Soalnya saat pendataan dulu, mereka belum tinggal di kampung ini masih berpindah-pindah. Setelah ada tempat bekas kandang ayam ini, Pak Tamim dan keluarganya menetap dan menjadi warga Desa Branta," kata Kepala Desa Branta Pesisir, Misbahul Laila.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/05/22/116681-kasihankeluarga-terpaksa-tinggal-di-kandang-ayam

Wednesday, May 19, 2010

Kebahagiaan Anak Suku Kubu yang Lulus UN SMP


Kebahagiaan Anak Suku Kubu yang Lulus UN SMP

SP/Radesman Saragih

Bersudut (kiri) didampingi Wakil Kepala SMP Negeri 14 Tebo, Immardi (kanan) melihat hasil pengumuman UN SMP di sekolah itu, Sabtu (8/5).

Bersudut (17), berjingkrak kegirangan setelah melihat namanya muncul pada pengumuman kelulusan ujian nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di papan pengumuman SMP Negeri 14 Kabupaten Tebo, Jambi, Sabtu (8/5) petang. Dia agak terpana seolah tak percaya bisa lulus UN.

Soalnya Bersudut hanyalah anak seorang warga kelompok masyarakat suku terasing, Suku Kubu atau Orang Rimba. Kemudian dia hanya sekolah di SMP Terbuka Desa Bangun Serenten Muaratabir, sekitar tiga jam perjalanan dari Kota Muaratebo, Kabupaten Tebo.

Bersudut yang di sekolahnya diberi nama Herman Jalil benar-benar merasa bangga karena dialah Orang Rimba pertama yang mampu meraih prestasi lulus SMP. Selain itu, Bersudut mampu mengimbangi prestasi 138 orang peserta UN di SMP Negeri 14 Tebo. Bahkan, Bersudut bisa mengalahkan prestasi tiga orang siswa SMP Negeri 14 Tebo yang gagal UN.

Nilai UN yang diraih Bersudut juga cukup lumayan dengan total 25,15. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, dia meraih nilai 6,8, Bahasa Inggris 5,6, Matematika 6,5, dan IPA 6,3.

Bersudut meraih prestasi hingga bisa lulus UN SMP penuh perjuangan. Sebagai anak Orang Rimba yang tinggal di Bernai Makekal Tengah, kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) Jambi, ia harus menempuh jarak 10 kilometer untuk belajar di sekolahnya. Kadang ia menggunakan sepeda motor, kadang berjalan kaki.

Namun, karena tekadnya yang kuat meraih pendidikan yang lebih tinggi, anak pertama dari tiga bersaudara ini tak kenal lelah untuk sekolah. Besudut mulai mengenal pendidikan sejak ia ikut sekolah alternatif yang digagas Komunitas Konservasi Indonesia (KKI ) Warung Informasi Konservasi (Warsi ) di kawasan Makekal TNBD Jambi tahun 1999.

Kala itu, Bersudut bersama anak rimba lainnya, mengikuti pendidikan memperkenalkan baca tulis hitung pada kelompok Orang Rimba dari Kelompok Bepak Bepiun di bawah kepemimpinan Tumenggung Ngukir.

Dari sekolah alternatif inilah muncul keinginannya untuk bersekolah yang lebih tinggi. Ini juga yang kemudian membawanya keluar dari TNBD dan diangkat anak oleh Orang Desa di Rantau Panjang Merangin. Bersudut disekolahkan di SD Negeri Rantau Panjang hingga menamatkan kelas 6.

Perhatian

Bersudut yang menjadi pusat perhatian pada saat pengumuman tersebut kepada wartawan mengisahkan, bawah dia pernah hendak sekolah SMP di Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi. Tetapi gagal karena orangtuanya pindah (melangun) ke kawasan hutan di Tebo. Namun, motivasi Bersudut untuk bisa sekolah lebih tinggi lagi lulus SMP tidak terbendung. Dia pun ikut sekolah SMP Terbuka di Tebo. Sekolahnya di SMP Terbuka yang dikelola SMPN 14 Tebo kebetulan dekat dengan pemukiman Orang Rimba.

Dengan program SMP terbuka, Besudut tidak sekolah setiap hari, namun hanya sekali dalam seminggu. “Dengan sekali seminggu awak masih ado waktu bantu orang tuo motong para (menyadap karet), biso jugo bantu-bantu untuk kebutuhan sekolah awak,”katanya.
Menurutnya, dengan sekolah sekali seminggu ia lebih leluasa untuk keluar masuk rimba. “Kalau tiap hari sekolah di mana awak nak sekolah, jauh jugo masuk ka rombong awak tu,”paparnya.

Dikatakan, mata pelajaran yang digemari Besudut adalah Bahasa Indonesia dan yang kurang digemari adalah IPA. Namun untuk dalam menghadapi UN kemarin, ia belajar intensif. Buku paket dan bimbingan dari guru-gurunya sangat membantu Besudut dalam menghadapi ujiannya.

Keberhasilan Besudut ini tak lepas dari peran pihak SMP Negeri 14 Tebo yang juga mendukung pendidikan bagi Orang Rimba. Hal itu nampak dari keseriusan guru-guru di sekolah itu membimbing Bersudut hingga saat-saat menjelang UN.
“Kami berharap kebergasilan Besudut lulus SMP akan mendorong anak-anak Orang Rimba bisa bersekolah. Bersudut ibaratnya contoh bagi anak-anak Orang Rimba lainnya,” Wakil Kepala Sekolah SMPN 14 Tebo, Immardi .

Menurutnya, Besudut punya motivasi yang sangat tinggi. Dia tidak pernah mangkir ketika jadwal sekolahnya tiba. Dia juga cepat tanggap sehingga ia tidak terlalu kesulitan dalam belajar.

Bersudut mengatakan, seusai lulus SMP, Dia ingin melanjutkan sekolah ke tingkatan selanjutnya, SMA. “Saya ingin lanjut, SMA. Cuma saya masih agak ragu, apakah bisa masuk sekolah SMA biasa. Masalahnya biaya cukup mahal,”katanya.
Bersudut berharap ada dermawan yang mau membantunya bisa sekolah di SMA. Bersudut ingin sekolah di SMA 19 Tebo yang berada di Desa Pintas yang dekat dengan pemukiman orangtuanya.

Direktur (KKI Warsi)Jambi, Rakhmat Hidayat kepada SP mengatakan, pihaknya kini berupaya agar Bersudut mendapatkan bapak angkat untuk melanjutkan studi ke SMA. Selain itu diupayakan juga agar anak Orang Rimba yang pertama lulus SMP itu bisa melanjutkan pendidikan ke SMA melalui bantuan atau beasiswa pemerintah.
“Prestasi Bersudut bisa lolos UN SM merupakan salah satu hasil program pendidikan anak-anak Orang Rimba. Mudah-mudahan pemerintah dan dermawan melihat prestasi Bersudut ini dan mau memberikan bantuan untuk pendidikian anak-anak Orang Kubu,”katanya.

[SP/Radesman Saragih]

http://202.169.46.231/index.php?modul=news&detail=true&id=18233

Monday, May 17, 2010

Kisah Pedagang Gorengan Berlaba 90-120JT


Kisah Pedagang Gorengan Berlaba 90-120JT

Penjual makanan ini dikenal oleh orang Bandung dengan dua suku kata;
Gorengan Cendana. Sebuah tenda kaki lima menjual pisang, nanas, combro dan
bala-bala goreng, dengan letaknya di Jalan Cendana. Apakah yang membuatnya
istimewa?

"Kulit gorengannya garing dan bikin ketagihan. Rasanya khas jadi nggak
bosen-bosen," tutur Wiwi (22), seorang pembeli menuturkan pengalamannya.
Yusuf Amin (53) pria digambar disamping, dikenal sebagai pemilik Gorengan
Cendana, mengatakan rahasia gorengan buatannya memang sengaja dibuat kering
dan warnanya agak kecokelatan. Makanannya memang lebih pas diwaktu masih
hangat. Tapi, kata Yusuf, Gorengan Cendana dalam keadaan dingin pun akan
tetap nikmat. [detikbandung]

Yah kisah tentang Pak H.Yusuf Amin yang akan saya coba berbagi untuk para
pembaca. Yusuf Amin (54). Pemuda asal Cirebon (21) yang tidak lulus SD
menikah dengan gadis yang bernama Sumarni (14), dengan hanya bermodalkan
tekad Yusuf Amin muda terusberjuang mencari sesuap nasi, untuk menghidupi
sang istri tercinta.

Ketika sang Istri mengandung, sawah di daerahnya banyak yang kering karena
kemarau. Yusuf yang sehari-hari membantu orang tuanya yang sebagai buruh
tani pun menganggur. Tak tahan menganggur, Yusuf pun memutuskan untuk
merantau ke Bandung pada tahun 1975. Dengan bekal Rp. 500 untuk ongkos naik
bis, ia akhirnya pergi ke Bandung untuk mencari nafkah bermodal doa dari
istri, mertua dan orang tuanya."Saya pertama ke Bandung minta restu orang
tua, pidua'na (bahasa sunda artinya meminta doanya) supaya hidup saya
berkah. Waktu itu saya tidak minta harta. Itu mungkin dinamakan rejeki
berkah. Pendapatan sedikit, tapi cukup untuk yang lain. Apalagi pendapatan
banyak" kata Yusuf kepada tabloid al hikmah.

Berawal dari berjualan skoteng di Bandung, ia menginap di rumah kakak
sepupunya di Cihaurgeulis. Mulai seusai shalat isya sampai jam 2 malam Yusuf
pun mulai menjajakan dagangannya dari rumahnya sampai Gegerkalong. Saat itu
udara terasa sangat dingin di Bandung, Yusuf terus bersemangat guna
membiayai istrinya yang sedang hamil. Terus teringat dipikirannya untuk
terus berjualan demi membahagiakan istrinya. Rupiah demi rupiah dia simpan
di celengan kalengnya. Hingga pada 25 Agustus 1975 lahirlah seorang bayi
laki-laki buah cinta Yusuf dengan Istrinya, perjuangan 20 hari berjualan
sekoteng akhirnya dapat membiayai persalinan istrinya.

Saat anaknya berusia 8 bulan, Yusuf pun membawa keluarganya ke Bandung.
Tinggal di Haur Pancuh bekas jongko pasar yang tidak layak huni sebagai
tempat bermukim keluarganya. Dan membeli gerobak sekoteng seharga 4500 milik
temannya. Yusuf pun kembali berjualan sekoteng. Dua tahun berlalu ternyata
jerih payahnya belum mampu mensejahterakan keluarganya. Ia memiliki
cita-cita untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang perkuliahan. Tentu
ini cita-cita yang luar biasa menurut saya, dengan kondisi pada waktu itu
memiliki cita-cita yang hebat untuk keluarganya.

Tahun 1977 akhirnya Yusuf beralih menjadi penjual Gorengan, dengan modal RP.
67500 untuk membeli gerobak dengan peralatannya. Ia pun berjualan di sekitar
Ciliwung kota Bandung. Tapi cuman bertahan sebentar ia pun pindah ke jalan
Cendana, karena melihat ada seorang ibu yang juga menjual gorengan disana.
Ia memulai usahanya sesudah shalat Dzuhur sampai jam 21.00. Bersama sang
istri dan anak pertamanya yang baru berusia 2 tahun ia memulai berdagang.

Hari pertama, Yusuf mengeluarkan modal Rp.4000 untuk belanja dan hasil
penjualannya hanya 400. Tapi itu bukan hal yang membuat Yusuf mengeluh dan
menyerah. Berkat ketekunan dan doa Yusuf berserta keluarganya. Penjualan
gorengan dari hari ke hari semakin bertambah hingga akhirnya bisa mencapai
balik modal. Yusuf dan keluarga yang selalu sholat tepat waktu dan terbiasa
berpuasa senin kamis plus shalat sunat taklupa ia kerjakan juga.

Mulai dari berjualan dengan sepi pembeli sampai dengan huhujanan sambil
dorong gerobak bersama istri, anaknya di masukan ke dalam gerobak dengan
beralaskan kardus. Ketekunan Yusuf dan keluarga akhirnya berbuah hasil pada
1983 yusuf dapat membeli rumah sederhana dan pada tahun 1988 ia pun dapat
berhaji berdua bersama isterinya. Sepulang dari Haji usahapun semakin laris.

Mulai dari orang biasa sampai konglemerat pernah merasakan gorengannya, kini
ia telah bisa menyekolahkan ke empat anaknya hingga perguruan tinggi. Dua
orang diantaranya menjadi dokter umum. Tak lupa ia pun membantu anak
saudaranya untuk bersekolah sampai perguruan tinggi. Rumah yusuf pun satu
diantaranya didedikasikan untuk kepentingan umat dan sisanya untuk
anak-anaknya serta karyawannya yang kini berjumlah 10 karyawan. Tak lupa
kepada orang tuanya pun dibangunkan rumah dan naik haji. Sampai memberikan
beberapa bidang tanah untuk digarap oleh saudara-saudaranya di Cirebon dan
memperkerjakan tetangganya yang menganggur. Semua yang ia lakukan bukan
hanya untuk dirinya pribadi tetapi untuk sesamanya dan mengharapkan ridho
dari Allah SWT.

Semua yang dilakukan saat Yusuf masih sangat sederhana, prinsipnya memberi
sesuatu tidak mesti menunggu kaya. "Tekad saya, Allah ngasih rejeki. Supaya
rejeki itu langgeng, maka harus berbagi dan memang terasa manfaatnya" ungkap
Yusup. Sampai saat ini ia mengaku meraup keuntungan 3-4 juta perhari atau
90-120 juta perbulan, Omset bisa naik berlipat-lipat saat bulan pernuh
berkah tiba (Ramadhan). Itulah perjalanan Haji Yusuf Amin, pedagang gorengan
di Cendana Bandung yang berbodal tekad yang kuat untuk membahagiakan
keluarganya, mencari rejeki yang berkah tentunya dengan cara yang halal.

Sumber: dari sebuah milis.

Rujukan lain: http://us.bandung.detik.com/read/2009/03/06/083128/1095293/679/gorengan-cendana-garing-bikin-nagih

Nenek 94 Tahun Berhasil Raih Gelar Sarjana


Salut, Nenek 94 Tahun Berhasil Raih Gelar Sarjana

Senin, 17 Mei 2010, 11:36 WIB

Hazel Soares (kanan) yang berusia 94 tahun tampak ditemani anaknya Matthew Soares (kiri) yang berusia 59 tahun dalam upacara wisuda.

REPUBLIKA.CO.ID, OAKLAND--Tak pernah ada kata terlambat untuk memperoleh gelar kesarjanaan. Buktinya, wanita berusia 94 tahun asal Amerika Serikat yang termasuk diantara 500 wisudawan dalam sebuah upacara di Mills College.

"Memang membutuhkan waktu lama bagi karena saya memiliki kehidupan yang sibuk. Akhirnya saya bisa melakukannya dan membuat saya merasa sangat bangga," ujar Hazel Soares.
Soares yang memiliki enam anak dan 40 cucu serta cicit itu tercatat sebagai orang kedua tertua yang meraih gelar sarjana.

Nola Ochs dari Kansas masih tercatat sebagai orang tertua meraih gelar sarjana dari Fort Hays State University tiga tahun lalu, pada usia 95 tahun, berdasarkan catatan Guinnes Book of World Records. Saat ini, Ochs yang berusia 98 tahun itu berhasil meraih gelar Master untuk studi liberal dari Fort Hays.
Terlahir di Richmond, California pada tahun 1915, Soares mengatakan dia ingin duduk di bangku kuliah setelah lulus dari Roosevelt High School in Oakland tahun 1932. Namun, saat itu terjadi krisis besar-besaran.

"Kecuali Anda memiliki bantuan, sangat mustahil untuk bisa masuk universitas. Namun, keinginan itu tidak pernah hilang," tuturnya.

Soares kemudian mengalami dua kali pernikahan dan membesarkan enam anak. Dia bekerja sebagai perawat dan penyedia jasa penyelenggara acara sebelum pensiun dan memutuskan untuk mengejar impiannya untuk meraih gelar sarjana.

Nenek tersebut harus menghabiskan enam tahun kursus di Chabot Collegge yang diselesaikannya pada usia 85 tahun. Kemudian, Soares masuk Mills College pada tahun 2007.

"Kami sangat kagum dan bangga terhadap keberhasilan ibu saya," ujar Regina Hungerford, anak bungsu Soares. "Hal terbesar yang diajarkannya, kita tidak pernah terlalu tua untuk belajar," tegasnya.
Para upacara wisudawan Sabtu (15/5), Soares secara khusus memperoleh ucapan selamat dari pembicara utama Universitas, Nancy Pelosi yang disambut dengan sorak sorai dari rekan-rekannya serta lebih dari 40 anggota keluarga yang hadir.
Soares mengaku tidak berencana bersantai-santai setelah meraih gelar tersebut. Memiliki gelar sarjana di bidang sejarah seni, dia berharap dapat bekerja di museum sekitar San Fransisco Bay.

Dia sendiri mengaku tidak mengetahui bagaimana memiliki umur panjang, mengingat tak ada anggota keluarganya yang berusia seperti dirinya. Soares mempercayai, hal itu terkait dengan kebiasaannya mengonsumsi banyak sayuran segar.

Kini Soares masih menyetir mobil sendiri dan memeriksakan kesehatannya hanya satu kali tiap tiga tahun. Dia mengaku, tak mengonsumsi obat-obatan apa pun.

"Tak ada alasan mengapa Anda tidak bisa kembali. Sebagian orang menyerah atau menunda idenya dengan alasan terlambat atau terlalu sulit. Mereka mungkin tidak menyadari, sekali Anda mencoba maka sangat menyenangkan kembali ke sekolah," ujarnya bersemangat.

http://www.republika.co.id/berita/senggang/unik/10/05/17/115874-salut-nenek-94-tahun-berhasil-raih-gelar-sarjana

Sunday, May 16, 2010

PENULIS MUST READ TERIMA ANUGERAH


PENULIS MUST READ TERIMA ANUGERAH
Friday, 02 April 2010 02:07 | Written by kahar |
_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

PENULIS MUST READ TERIMA ANUGERAH

Semasa pelancaran buku 'Bila Zina Menjadi Budaya', pihak Must Read dengan bangganya telah memberi Anugerah Penghargaan Penerbit kepada penulis-penulis kami yang mana buku tulisan mereka telah mencatatkan penjualan yang memberangsangkan. Anugerah ini adalah sebagai penghargaan kami kepada penulis yang telah menerbitkan buku dibawah jenama Must Read juga sebagai galakan kepada mereka untuk berusaha lebih kuat bagi menghasilkan buku-buku yang lebih bermutu.
Dalam usaha kami bagi membantu perkembangan industri buku tanah air, pihak kami berpendapat perlu ada satu mekanisme galakan kepada penulis-penulis kita. Pihak kami berharap dengan adanya anugerah penghargaan kepada penulis ini akan mewujudkan satu motivasi kepada penulis-penulis agar berusaha dengan lebih gigih bagi menghasilkan buku yang berkualiti. Seterusnya dengan penghasilan buku yang berkualiti dapat memupuk sifat suka membaca di kalangan rakyat kita. InsyaAllah.

Dato' Hashim menyerahkan Anugerah Emas kepada En Rozzani Din penulis buku 'Bongkar Misteri Tarikh Lahir Anda'

Dato' Hashim menyerahkan Anugerah Penghargaan penerbit kepada En Ghazali Ibrahim penulis buku 'Urus Harta Sebelum Mati'

Penerima anugerah bergambar bersama Pengerusi Must Read dan Pengarah Urusan Must Read
Senarai penulis yang menerima anugerah adalah seperti berikut:

ANUGERAH EMAS
1. En Rozzani Din (Bongkar Misteri Tarikh Lahir Anda)
2. En Ann Wan Seng (Murtad: Jangan Pandang Sebelah Mata)

ANUGERAH PENGHARGAAN PENERBIT
1. Cik Siti Munazakiah (Diari Sufi)
2. Cik Diya Nordin ( Naqiah Khalida)
3. Pn Normala Kari (Cinta Adam Dan Hawa)
4. En Haniff ( Baitul Maqdis)
5. En Ghazali Ibrahim ( Urus Harta Sebelum Mati)
6. En Alwi Alatas ( Bila Allah Menduga Kita)
Oleh itu, pihak Must Read mempelawa kepada penulis-penulis yang berminat untuk menerbitkan bukunya dengan kami boleh menghubungi kami di admin@mustread.com.my .

http://www.mustread.com.my/index.php/component/content/article/34-berita/103-penulis-must-read-terima-anugerah.html

Bila Allah Menduga Kita – Ms Jaja

Bila Allah Menduga Kita – Ms Jaja
FRIDAY, MARCH 12, 2010

Salam,
Setiap apa yang berlaku dlm diri kita samada yang datang itu perkara yg baik ataupun satu musibah, kita kenalah terima dengan redha..setiap kejadian yg berlaku mempunyai hikmah di sebaliknya...bila direnungkan kembali apa yang musibah yg berlaku, diri kita berfikir dan merenung apa kesalahan kita sehingga kita ditimpa musibah. adakah musibah akan berlalu shja atau sebaliknya...cuma apa yg kita mampu berdoa kpd Allah SWT supaya kita dilindungi drpd perkara2 yg tidak elok..sama2lah muhasabah diri kita...sekian
POSTED BY MS. JAJA AT FRIDAY, MARCH 12, 2010
LABELS: MY DIARY TODAY

http://jajaisme.blogspot.com/2010/03/bila-allah-menduga-kita.html

Saturday, May 15, 2010

Kisah Pelajar yang Jadi Tulang Punggung Keluarga


Kisah Pelajar yang Jadi Tulang Punggung Keluarga

Sabtu, 15 Mei 2010, 08:53 WIB

Sri SuryaniREPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--"Maaf, Mas, jam 4 aku harus ngajar TPA," katanya membuka percakapan. Dia terlihat lelah dan pucat. Memarkir sepedanya di halaman kantor Dompet Dhuafa Yogyakarta, gadis itu masih terengah-engah. "Mau minum?" saya menawarkan. "Terima kasih, saya sedang puasa sunnah Senin," jawabnya cepat. Hebat, batin saya. Perlahan dia menaruh tas gendongnya di kursi dan mulai bicara.

Gadis di depan saya adalah Sri Suryani. Dia baru 16 tahun dan saat ini sedang bersekolah di salah satu SMA favorit di Yogya. Di sekolah dia masuk 10 besar. Yanni, berbeda dengan anak seusianya yang sebagian besar masih asyik bersenang-senang menikmati masa remaja. Di usia remaja dia terpaksa menjadi tulang punggung dan kepala keluarga sejak 2008.

“Tahun 2006 ibu saya, Wiji Lestari, meninggal mendadak di usia 39 tahun, tanpa sebab apa-apa. Saya masih kelas 2 SMP. Saat itu saya sedang mengajar di TPA sore-sore dan tahu-tahu dikabari bahwa Ibu sudah nggak ada. Tahun 2008, bapak saya, Mujiwal (49), terkena stroke. Pekerjaannya sehari-hari sebagai buruh bangunan berhenti,” tuturnya lugas, seolah semua itu bukan masalah yang besar.

Sejak itu, Yanni seketika merangkap jadi kepala keluarga, membiayai dirinya berikut ayah dan Nugroho, adiknya yang masih SD. Untuk membiayai sekolahnya, dia berakit-rakit dari satu beasiswa ke beasiswa yang lain. Salah satunya dari Dompet Dhuafa Yogya, karena sebelumnya dia dibantu oleh BMT Beringharjo yang merupakan mitra DD Yogya. Beasiswa ini dia gunakan untuk membiayai sekolahnya.

Setiap hari Yanni berangkat ke sekolah dari rumahnya di Kampung Bangunrejo, Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta dengan sepeda. Selepas sekolah, dia mengajari adiknya menyelesaikan PR dan segera berangkat lagi mengajar TPA dan ke tempat privat sampai malam. Honornya relatif, rata-rata Rp 400 ribu sebulan kalau ditotal. Di dusun kecil itu, Yanni hanya tinggal bertiga, keluarga besar orang tuanya berada di Klaten.

"Saya tidak mau merepotkan dan menjadi beban bagi keluarga besar," katanya. Lalu kapan belajarnya? "Saya belajar setiap habis salat tahajud, jam 3 sampai jam 5. Setelah itu ya resik-resik dan menyiapkan kebutuhan Ayah dan adik," tuturnya. Dia mengaku walaupun hanya 2 jam belajar, sudah cukup untuk memahami materi. Hasilnya, pada setiap ujian semester, nilainya cukup memuaskan.

Ketika ditanya bagaimana reaksi teman-temannya dengan kondisinya, Yanni menjawab diplomatis, "Kalau mereka `kan kebanyakan kondisinya ideal, jadi tinggal belajar tok! Saya tetap berhubungan dengan baik dan menerima ajakan mereka selama tidak mengganggu amanah saya.” Selepas SMA tahun depan, cita-citanya hanya satu, masuk Fakultas Kedokteran UGM, menjadi dokter dan berkarya di bidang kesehatan. “Bismillah, semoga Allah meridai. Saya ingin jadi direktur sebuah rumah sakit gratis untuk orang miskin berskala internasional,” katanya berharap. Yanni mengaku sering membaca di koran, banyak keluarga miskin ditolak masuk rumah sakit karena jatah Jamkesmas habis.

“Itu yang salah siapa? Pemerintah atau siapa, saya ingin menolong mereka,” ucapnya menerawang. Cita-citanya untuk kuliah di Yogya bukan tanpa alasan. Ayah dan adiknya sangat butuh perhatiannya. Yanni sendiri sangat berharap, bisa membawa ayahnya ke rumah sakit mengobati stroke-nya, agar ayah nya bisa pulih kembali seperti sedia kala. Walaupun belum tahu bagaimana dia akan meraih cita-citanya, namun setidaknya Yanni sudah memiliki semangat baja dan mental tangguh yang jarang dimiliki bahkan oleh orang dewasa sekali pun.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/05/15/115718-kisah-pelajar-yang-jadi-tulang-punggung-keluarga

Wednesday, May 12, 2010

Untuk Renungan Semua..~Sharing is Caring~


Untuk Renungan Semua..~Sharing is Caring~

Posted by HepiUnited at 12:23 AM

Ngah boring cari serial number..aku bc motivasi2 yg leh menaikkan semangat..then terbaca la petikan ini..Ini adalah petikan dari buku "Bila Allah menduga kita" karya Syed Alwi Alatas...
mari kita sama-sama merenung sejenak...

Ibnu Taimiyyah bercerita tentang seorang menteri yang selalu menjawab ‘baik’ setiap kali ditanya pendapatnya tentang sesuatu. Suatu hari menteri ini menghadiri acara makan malam bersama Raja. Ketika sedang memotong buah, Raja dengan tidak sengaja telah mencederakan jari telunjuknya sendiri. Pisau yang dia gunakan untuk memotong buah telah menyebabkan jari telunjuknya terpotong dan merasa kesakitan. Raja pun bertanya bertanya kepada menteri yang duduk di sebelahnya tentang kejadian yang baru saja dialaminya.

“Baik wahai Raja” jawab menteri itu tanpa keraguan.
“Apa? Kamu katakan ini baik?” Raja terperanjat dengan jawapan itu.
“Ya wahai Raja. Itu baik.”

Raja sangat marah dengan jawapan itu. Mana mungkin jarinya yang luka parah seperti itu dianggap menterinya sebagai hal yang baik? Maka dia pun memerintahkan menteri itu ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Kemudian Raja mengunjungi menterinya di penjara dan bertanya padanya, “Sekarang, apa pendapatmu tentang keadaanmu sendiri, masih mahu berada di dalam penjara seperti ini?”

“Baik wahai Raja” jawab menteri itu tanpa ragu-ragu.

Mendengar jawapan itu, Raja menjadi semakin marah dan segera meninggalkannya dan segera meninggalkan menterinya sendirian di dalam penjara. Dia merasa menterinya itu sangat bodoh dan keterlaluan dalam memberikan pendapat. Beberapa hari kemudian, Raja pergi berburu di dalam hutan dan ditemani menterinya yang lain kerana menteri yang biasa menemaninya telah dipenjarakan. Mereka pun berangkat dengan kuda menuju ke hutan. Oleh kerana menteri yang baru tidak biasa dengan cara Raja menunggang kuda, akhirya dia tertinggal jauh di belakang. Mereka terpisah dan Raja sendiri akhirnya sesat di dalam hutan. Bukan hanya tersesat, raja juga ditangkap oleh sekumpulan penyembah berhala yang tinggal di dalam hutan tersebut.

Raja tersebut ditahan oleh para penyembah berhala dan mereka menetapkan Raja sebagai korban untuk berhala mereka. Mereka melakukan upacara selama tujuh hari dan pada hari ketujuh mereka membawa Raja ke tempat persembahan. Saat Raja sudah siap untuk dikorbankan, mereka melihat jari telunjuk raja terpotong, lalu mereka ragu untuk mengorbankan Raja.

“Kita hanya mempersembahkan yang terbaik dan sempurna pada berhala kita” kata ketua suku yang memimpin upacara tersebut. “Orang ini jari telunjuknya terpotong, jadi dia tidak layak menjadi korban”. Dengan itu, mereka melepaskan Raja tersebut dan beliau kembali ke kerajaannya dengan perasaan yang gembira. Selang beberapa hari peristiwa itu, Raja teringat akan kata-kata menterinya yang telah membuatnya marah ketika jarinya terpotong.

Dia segera ke penjara dan berkata kepada menteri itu, “Apa yang kamu katakan waktu jari saya terpotong memang betul. Itu memang hal yang baik”. Lalu dia pun menceritakan apa yang dialaminya hingga dia akhirnya selamat dari ancaman kematian. Menteri itu berkata, “Saya berada di dalam penjara ini juga baik kerana jika saya pergi dengan Raja pada hari itu, saya juga pasti turut tertangkap. Tentu saya akan dijadikan korban kerana anggota tubuh saya lengkap dan tidak ada yang cacat”.

Maka Ibnu Taimiyyah menutup cerita ini dengan mengatakan, “Semua yang ditetapkan oleh Allah adalah baik"

p/S: Sesungguhnya yang buruk itu dtg dr Kita n yang Baik itu dtg dr Allah..

mASIH mAMPU BerSYUKUr

mASIH mAMPU BerSYUKUr

Posted by chEMPAKA at Sunday, May 09, 2010

Aku selalu mengeluh tentang keje aku......penatla...keje kadang2 9-9pm.tau2 je la kitchen.....gaji ciputla......mcm2 ketidakpuasan yg aku lontarkan tentang keje aku..tp bila aku terbaca kisah ini....airmata aku mengalir serta-merta.....

jam menunjukkan pukul 2.30 pagi malah masih terlalu awal. Pakcik yg berumur sekitar 50-60an lengkap berpakaian seragam tanpa jaket begitu tekun melakukan kerjanya membersihkan sampah dibahu-bahu jalan, masukkannya dlm tong sampah dan dia melakukan semua itu dengan bersungguh-sungguh tanpa perasaan jijik. Jika seawal pagi ini pakcik tua itu sudah mula bekerja, pada pukul berapa pula dia bangun dan bersiap-siap untuk pergi bekerja?

Seorang wanita menghampiri pakcik itu untuk bertanyakan tentang aktiviti pakcik itu setiap hari.

"Pakcik tidur selepas Isyak, sekitar jam 9 mlm." Pakcik itu memulakan cerita. "Kemudian bangun semula seawal jam 1 pagi dan pakcik sempat untuk Qiamullai, setelah itu baru pakcik bersiap untuk menyapu jalan. Sebelumnya, jika ada makanan di rumah, pakcik makan dulu dan kalau tidak ada pakcik akan bersarapan teh panas saja. Selesai menyapu dan ke tempat pembuangan sampah, jam 4 pagi, alhamdulillah pakcik masih sempat solat Subuh berjemaah di masjid. Selesai solat pakcik bantu isteri buat adunan tepung goreng dan di sebelah petang pakcik membantu isteri menjual di sekolah. Alhamdulillah pakcik masih sihat, tidak pernah sakit walaupun pekerjaan pakcik mengangkut sampah. Mungkin kerana sering cergas bergerak menyapu jalan setiap hari, maka tidak sakit".

Ketika ditanya tentang pendapatannya, pakcik hanya tersenyum sambil menjawab, "Alhamdulillah, rezekinya sentiasa ada. Kalau soal cukup atau tidak gaji kurang dari rm100.00 satu bulan, apalagi dengan keadaan sekarang pastinya tidak cukup. Apalagi anak pakcik yang paling kecil masih ada yg sekolah di kolej agama. Tapi semuanya sudah diambil kira, pakcik terus berusaha. Yang penting berkat". (Bila Allah menduga kita)

Mengalir airmataku tatkala membaca kisah ini. Pakcik ini hidup bersederhana dan kerja seawal pagi namun tidak sesekali mengeluh malah senantiasa mengungkapkan kalimah Alhamdulillah, walaupun keadaannya begitu susah namun tetap bersyukur atas nikmat yg Allah kurniakan......Bersama kita renungkan kisah ini.....

http://bokbongtuyuk.blogspot.com/2010/05/masih-mampu-bersyukur.html

BILA ALLAH MENDUGA KITA - Alwani

"BILA ALLAH MENDUGA KITA"

Tinta kata Alwani bt Abu Bakar | 8:04 PM | 0 bunga »

Dengan nama ALLAH yg maha pemurah lagi maha penyayang...
selawat dan salam buat kekasih junjungan...

Alhamdulillah, sehingga saat post ini ditulis, ALLAH masih mengurniakan nikmat iman dan ISLAM...

Seusai sahaja ceramah terakhir kursus pra perkahwinan, saya ingin terus keluar dr dewan, terasa berat sekali otak ini menerima input yang diberikan penceramah tadi, andai yang lain terbuka mata mendengar maklumat penting, saya pula tidur beralaskan buku...bukan sengaja, namun itulah hakikatnya untuk hari ini. Barangkali terlebih tidur malam tadi dan juga rasa letih sehingga otot-otot terasa lenguh.

Jujurnya, hati membuak dengan rasa geram pada seseorang, sedih juga barangkali, saya benar-benar berharap apabila melaksanakan tugasan, tolonglah lakukan secara profesional, usah dicampuradukan dengan yg lain, ia bisa menyusahkan yang lain!...
Namun saya juga harus bertindak waras, sesudah solat asar, saya membiarkan ayat-ayatNYA mengalir dalam tiap denyut nafas...

Untuk menghilangkan gusar di hati, bibir ini terus menuturkan selawat tafrijiyyah, biar terlerai segala kegusarn yang membingitkan, biar hilang rasa marah yg tidak sepatutnya ada, biar syaitan jauh dari diri ini...

Saya juga menelefon mak dan abah di kampung, biar tenang mendengar suara mereka...biar sejuk hati ini. Beberapa hari lepas, seorang sahabat menghadiahkan saya sebuah buku yg bertajuk "bila ALLAH menduga kita"... terima kasih wahai sahabat...sesungguhnya dia memahami hari-hari yang saya lalui...hanya doa dari kalian saya perlukan untuk terus melangkah dalam medan ini...

WAHAI DIRI...

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (3:139)

http://mujahadahsangmujahidah.blogspot.com/2010/04/bila-allah-menduga-kita.html

Sekadar berkongsi rasa..


Sekadar berkongsi rasa..

Posted by Fahrurrazi bin Abu Bakar

Assalamualaikum wa rahmatullah..

Hamdan Lillah, wa as-solatu wa as-salam `aala Rasulillah, wa ba`ad;

Pertamanya; saya bersyukur, al-hamduLillah..sebab hari ini, Allah masih lagi memberi izin kepada saya untuk hidup lagi; dalam kondisi diri yang masih mengenal diriNya sebagai Pencipta saya dan masih kenal lagi Allah sebagai tempat sembahan mutlak saya. Saya tidak nafikan, bahawa diri saya masih banyak kekurangan, masih pincang dalam mengenalNya, masih celaru mengesakanNya. Hakikatnya, memurnikan ibadah kepada Allah memang susah. Banyak betul dugaan kan?? Disogoknya keseronokan dan keasyikan dunia pada hati kita, sehingga hati terasa panas dan tidak selesa berada dalam suasana Islam, sehingga dibuatnya diri cuba untuk berlepas dan keluar dari ikatan Islam, sehingga hati mencetuskan rasa kolot dan terkongkong terhadap kehidupan seorang Islam. Astaghfirullah; hati-hati wahai teman, hati-hati.

Keduanya; saya bersyukur, al-hamduLillah..sebab hari ini, saya berjaya menghabiskan pembacaan ke atas buku “bila Allah menduga kita” karangan Syed Alwi al-Atas..kepada sesiapa yang pernah membaca buku “la tahzan” karangan Dr. `Aidh Abdullah al-Qarni, saya berani kata buku “bila Allah menduga kita” adalah “la tahzan versi kepulauan Melayu”.

Puas hati. Bila baca, rasa terpukul. Maklumlah, saya kan dulu pernah mengalami kemalangan jalan raya, lepas itu agak ‘mental’ sikit. Al-hasil dari kemalangan tersebut, Allah menghendaki kaki kanan saya patah. Patah seperti ranting dipatahkan, boleh bayang tak?? Semuanya bermula pada pagi Jumaat, 4hb 4 2008. Satu taqdir yang saya tidak akan lupa sampai bila-bila. Bahkan, masih ligat berputar di fikiran. Eh, lari topic ni. Tak apa, cerita pasal saya eksiden, saya simpan untuk akan datang.

Ketiganya; saya bersyukur, al-hamduLillah..sebab hari ini, Allah bagi saya kesempatan untuk update lagi blog saya. Saya nak sentuh sedikit mengenai nilai dan prinsip dalam diri individu yang saya sebut dalam post lepas. Sebagai seorang individu yang mengaku dirinya adalah orang Islam, persoalan prinsip dan nilai harus kembali kepada titik permulaan kehidupan sebagai orang Islam. Apa dia?? Kembali kepada “La ilaha illa Allah, Muhammadu rasulullah”. Ia bukan ayat biasa. Ia memiliki pengertian yang sangat mendalam. Ia memiliki tuntutan yang sangat besar. Kalau disyarahkan, tidak akan cukup masa tiga jam, bahkan memerlukan seumur hidup seseorang itu untuk dijelaskan, serius. Dan saya bukan orang yang layak untuk bincang dalam-dalam pasal ni, kot kot salah, berdosa saya; tu satu, cakap pandai tapi tak buat, dosa lagi; tu lagi satu. Carilah orang yang lebih lama hidup dalam Islam dan luas pengetahuannya. Tapi yang penting, itu lah poin dia.

Dah banyak cakap ni..cukuplah..Wa Allahu `aalaam..

Moga-moga, perkongsian yang entah betul entah tidak nih (harap-harap betullah), Allah bimbing hidup saya dan saya berharap sangat-sangat agar Allah beri kita kekuatan untuk terus steady dalam kehidupan yang Allah redhai..

Wa as-salaamu `aalaikum.

http://ismirazi.blogspot.com/2010/03/sekadar-perkongsian-rasa.html

Rezeki -Bila Allah Menduga Kita


Rezeki

TYPED BY IBU,MOMMY,MOM... AT 10:11 AM

Kita memang diperintahkan oleh ALLAH untuk berusaha.
Insya ALLAH pintu rezeki akan terbuka .Berusahalah.

I am currently reading a book I bought a few weeks back. Very inspiring book by Syed Alwi.
Thank you GOD for letting me find this book during my difficult moments. I know and I believed what I read.
Bersyukur sangat sangat kerana dibukakan hati untuk membeli buku ni by looking at the title aje.

BILA ALLAH MENDUGA KITA-Syed Alwi Al Atas.

http://ibumommymum.blogspot.com/2010/03/kita-memang-diperintahkan-oleh-allah.html

MaNuSiA DaN DugAaN...

MaNuSiA DaN DugAaN...

POSTED BY USRATI SAIDAH AT 4:13 PM

Assalamualaikum, izinkan cikah aka hafsah umar berbicara..

Hari Sabtu hari tu, kuar jap jalan-jalan ngan akak senior g makan-makan, kuar ke warta....pastu duk skejap kat depan kedai buku..dalam hati dah terfikir, dah lame tak beli buku baru(walaupun masih banyak buku kt bilik yg tak sempat dibaca...heheheh). Ditakdirkan oleh Allah tetiba tangan nie terpegang satu buku.. karangan SYED ALWI ALATAS yang bertajuk "BILA ALLAH MENDUGA KITA". Tajuk nie bila difikir-fikir balik mmg mcm terkena tepat kat btg hidung nie.. bak kte azri "troooosss"...maka, tanpa berfikir panjang duit dihulur, akad disebut sebagai tanda jual beli disambut..

Hsil pembacaan buku ni...cikah tertarik pada satu cerita yang Syed Alwi kaitkan dengan dugaan dan cara penerimaan makhluk tuhan paling bijak bestari nie, manusia la kn??...ceritenyer berbunyi begini...(kompang takda la..bace je)

Seorang pekerja bangunan sedang sibuk dengan kerjanya. Dia melakukan tugasnya dibahagian bawah bangunan , sementara rakan sekerjanya bekerja beberapa meter di atasnya. Kemudian pekerja yang diatas ingin meminta sesuatu daripada pekerja yang berada di bawah. Dia memanggil, namun tidak didengari walau sikit kerana bunyi dari mesin-mesin terlalu bising. Maka, timbul idea dalam fikiran si pekrja diatas untuk melemparkan sekeping duit syiling kebawah. Pekerja yang dibawah tidak mendongak ke atas. Ketika dia melihat ada syiling di atas tanah, dia mengambilnya begitu sahaja dan memasukkannya ke dalam poketnya. Pekerja yang diatas berasa kesal. Dia sekali lagi mengeluarkan kepingan syiling yang lebih besar dan melamparkannya ke bawah. Pekerja dibawah sekali lagi tanpa mendongak ke atas terus mengambil syiling tersebut lalu dimasukkan kedalam poketnya sama seperti kejadian yang petama tadi. Kemudian, pekerja diatas terus mengambil seketul batu lalu dilemparkannya kebawah. Lontarannya tepat mengenai topi keselamatan si pekerja dibawah. Setelah kejadian itu, barulah pekerja dibawah mendongakkan kepalanya ke atas.

Analoginya,

-pekerja dibawah ibarat manusia
-syiling ibarat nikmat kepada manusia
-batu pula ibarat dugaan atau musibah yang sangat digeruni oleh manusia

Sekarang ni...cikah dah nmpak cm2 benda yang korang fikir kn???? Pe yang korang fikir tu sume btol blaka...heehehehe

Manusia akan semakin hilang pertimbangan apabila semakin banyak nikmat yang diterima. Sampaikan ada diantara mereka beranggapan setiap kejayaan yang dimiliki oleh mereka adalah disebabkan oleh usaha atau kebijaksanaan yang mereka miliki. Contoh yang paling jelas kepada kiter adalah firaun..kegemilangan, kebijaksanaan dan kegagahan yang dimiliki menjadikan die seorang yang "over" sempat lagi mengaku tuhan plak tu...apekeheinye yeop???
So, kesimpulannya kan..Syed Alwi ni nk kabo betape kome termasuk la dgn teman sekali sering lupa dan alpa. Tidak pernah mengambil peduli ketika berurusan dengan kesenangan, tapi baru tersedor macam kena bom bila mana musibah tu datang menyapa...hehehehe... Maka betullah firman Allah S.W.T dalam surah AZ-ZUMAR ayat 49 yang mengatakan:
" Maka apabila manusia ditimpa bahaya dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami dia berkata, " Sesunguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah kerana kepintaran. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui."

WALLAHU'ALAM
Ini sahaja pengisian yang mampu untuk dikongsi bersama...insyaAllah, kalau dah habes buku ni dibaca, cikah akan cube ceritakan pulak ape bezanya usaha dan takdir...adakah dua2 elemen ni berada dalam ruang lingkup yang sama atau berbeza...(skdr yang cikah tahu je)..kalau da sbrag prtmbhan atau penolakan...jom kiter bersama2 kongsi idea..


****Lepas baca buku nie, trus demam..hehehehe, dugaan yang menyapa tanpa diduga waktu, masa dan ketika..

http://raudhatulibtisam.blogspot.com/2010/04/manusia-dan-dugaan.html

Is your trial tangible or not?


Is your trial tangible or not?

Posted by Mas Afzal at 20:13

A kind friend of mine who visited me at my home about a month ago gave me a book entitled "Bila Allah Menduga Kita" (When Allah Tests Us) by Syed Alwi Alatas, a very eye-opening book about trials and tribulations in life.

Having read the book, I sat down, pondered, and found out yet another blessing in disguise in my encounter with cancer. A blessing I find very exemplary of Allah's mercy to His creation.

In the Quran, Allah mentions in many verses about testing the Believers with deficiencies, such as being afflicted with illness and poverty.

We will surely put you to trial by involving you in fear and hunger and by causing loss of property, life and earnings. [Al-Baqarah:155]

These deficiencies in health and poverty are not meant to burden His servants, rather they serve as a mean to differentiate between those who sincerely are Believers and those who are merely liars.

Do the people think that they will be left alone after they have once said, "We have believed," and they will not be tested? [Al-Ankabut:2]

The fact is that we have put to test all those who have gone before them. Surely, Allah has to see who are the truthful and who the liars. [Al-Ankabut:3]

*When one becomes ill, he seeks for Allah's help. When one becomes poor, she strives to be closer to Allah.

*If previously one prays only his 5 obligatory prayers in a day, he now adds on the rawatib prayers and qiamullail.

*If previously one only recites a page of the Quran in a day, the pages recited now doubles and she adds the recitation of al-Mathurat on top of her daily Quranic readings.

*If previously one supplicates to Allah without even understanding the words muttered, he now makes the effort to know the mafhum (meaning) of the du'a recited.

These are how trials via the form of loss of health and wealth can turn people into. Allah gives them illness and poverty, somehow as a catalyst to turn them into more pious and thankful servants of Him.

In simple terms, illness, poverty, loss of lives are what I see as so-called 'tangible trials' by Allah. I believe that every human being is actually being put by Allah into their respective trials. Only that some people's trials are 'intangible'.

If I'm being honest, I am more afraid of these 'intangible trials'. What do I mean by 'intangible trials'?

Wealth. Good health. Fame.

These are the sort of things I see as the so-called 'intangible trials'. They are still trials by Allah, only that we can't feel the 'hardship' nature of the test.

**How many people out there who were once very pious, yet when they become rich, they turn their backs against Allah and claims that all their wealth are due to their own makings?!

**Or those who are never bothered to take care of their obligatory prayers just because they are never ill and therefore don't feel the need to ask from Allah?!

Man is such that when a little affliction touches him, he calls upon Us, and when We bestow Our favor on him, he says, "I have been given this because of my knowledge!" Nay, it is a trial, but most of them do not know. [Az-Zumar:49]

I remind myself firstly, and others. Let us not emulate the Pharaoh and Qarun. Arrogant and mindless of their God's presence when Allah puts them into the intangible trials of wealth and good health.

That is why I sometimes thank Allah again and again for putting me in such trial, a tangible trial, a trial that I hope should lead me towards becoming a better servant of Him.

And that, is the blessing in disguise.

http://masafzal.blogspot.com/2010/03/is-your-trial-tangible-or-not.html

Bila Allah Menduga Kita - Qurratu Aini



Bila Allah Menduga Kita

hidup tidak pernah sunyi daripada diselimuti pelbagai masalah.kadang,kita rasa terlalu lemah untuk melepasinya.kadang,kita terasa ingin pergi jauh darinya dan kadang kita tertanya-tanya,mengapa aku yang perlu menghadapi ini semua.padahal orang lain elok2 sahaja? hati...hati...hati manusia kan..kadang melatah juga...tapi,jangan pernah biarkan emosi menguasai diri kerana apapun,kewarasan akal dengan pimpinan Al-Quran dan sunnah perlu menjadi tunjang utama gerak fikir yang menentukan apa yang akan kita lakukan. ingatilah satu perkataan, SABAR , SABAR dan SABAR...jangan risau,janji Allah,bersama setiap kesukaran pasti ada kemudahan...semakin besar dugaan kita, pujuklah hati kita,katakan itu tanda, semakin besar perhatian dan kasih sayang Allah pada kita. analoginya, macam guru-guru kita dahululah. yang suka dimarah2 tu,ditegur 10kali itu sebenarnya kerana amat disayangi dan ingin kita menjadi orang berguna di hari muka. Allah lebih-lebih lagi.itu tanda Allah sedang mendidik kita dengan tarbiyah langsung drpdnya.andai org lain tidak diuji begitu,tidak mengapa,katakan pada diri kita,Allah syg kan kita,sbb tu,dihadiahkan dugaan besar itu. Allah tidak akn menduga kita melainkan sekadar kesanggupan kita.cabar diri.yakin pada diri.semuanya akan ok selepas ini. yang penting,bersangka baik dengan Allah selalu pasti ada hikmah yang istimewa sedang menunggu :) mungkin bukan di SINI tapi DI SANA yang pasti menanti dan lebih abadi ;)

POSTED BY MUJAHIDAH SOLEHAH AT 11:49

http://qurratuaini09.blogspot.com/2010/04/bila-allah-menduga-kita.html

Bila Allah Menduga Kita - Nixnadizy


Bila Allah Menduga Kita

Salam'alaik.
Selamat pagi dunia! Hari ini semoga lebih baik daripada hari semalam. =) insyaAllah.
Renungan untuk hari ini :
Hidup ini umpama lembah dan bukit yang terhampar di hadapan kita, jalan yang naik dan turun. Hidup tidak pernah terlalu sempurna sehingga kita selalu berada di atas, tidak pernah terlalu sempurna sehingga menawarkan jalan yang rata tanpa lubang sama sekali. Namun, hidup juga tidak pernah terlalu buruk sehingga menenggelamkan seseorang terus menerus di dasar jurang kehidupan. =)
petikan : Bila Allah Menduga Kita ; Syed Alwi Al-Atas

Bila Allah Menduga Kita, bagi sesiapa yang sedang menghadapi dugaan, cubaan dan cabaran dalam hidup cuba untuk baca dan hayati buku ini. InsyaAllah akan rasa lebih tenang. Tulisannya mudah difahami dan kisah2 di dalamnya menyebabkan kita tak terasa bahawa hidup kita ni terlalu sukar berbanding orang lain. Percaya dan yakinlah, apapun ujian yang mendatang, apapun dugaan dan nikmat yang Allah berikan, Allah sangat sayangkan hambanya. =) Alhamdulillah. =) Tidak sekalipun Dia meninggalkan hambaNya keseorangan. Semoga perkara yang berlalu menjadi pengajaran berharga buat diri. Semoga segala keluh kesah tiada lagi selepas ini. Aku cuba! Hadapi hidup dengan lebih tabah! ;) insyaAllah.
Wassalam.

DICATAT OLEH MUNADHIA DI 16:08

http://nixnadizy.blogspot.com/2010/04/bila-allah-menduga-kita.html

Bila Allah Menduga Kita - Citratus


THURSDAY, FEBRUARY 25, 2010

'Bila Allah Menduga Kita'

http://citratus.blogspot.com/2010/02/bila-allah-menduga-kita.html
By Citratus

Bila Allah Menduga Kita karya Syed Alwi Alatas merupakan sebuah buku terbitan Mustread Sdn Bhd ( 2010 ). Sejurus membeli, saya terus membacanya. Susunan dan gaya bahasa serta isi yang menarik menyebabkan saya menghabiskan 2 jam untuk segera menghabiskannya.

Secara ringkas, buku ini sebuah buku yang bagus. Apabila membacanya, ia mampu mencetus motivasi untuk kita sentiasa meletakkan sandaran kepada Allah dalam segala urusan kehidupan. Samada ianya suka mahupun duka, kita yakin ia sebagai satu ketentuan yang ditetapkan buat diri kita.

Penulis menekan dua sikap utama dalam menjalani memahami urusan takdir; iaitu syukur dan sabar. Sifat syukur dan sabar adalah senjata ampuh yang membuatkan seorang muslim itu gagah mengharungi segala kepahitan hidup.

Di halaman 118, penulis turut menyebut bahawa terdapat 3 cara bersyukur.

1 - Bersyukur dengan hati

Ini adalah yang pertama dan yang paling penting. Kerana orang yang hatinya tidak bersykur, maka lisan dan perbuatannya juga tidak bersyukur. Walaupun percakapan dan perbuatannya bersyukur, ianya tidak sempurna kerana ia tidak diikuti dengan kesedaran hati. Hati yang bersyukur sentiasa merasai nikmat dalam setiap keadaan.

2 - Bersyukur dengan lisan

Ucapan kesyukuran yang dizahirkan dengan ungkapan kata. Ianya mestilah ikhlas selaras dengan apa yang diucapkan.

3 - Bersyukur dengan perbuatan

Syukur dengan perbuatan maksudnya memanfaatkan pemberian sesuai dengan fungsi atau sesuai dengan maksud nikmat tersebut.


Surah An-Nahl, ayat 14.
وَهُوَ ٱلَّذِى سَخَّرَ ٱلۡبَحۡرَ لِتَأۡڪُلُواْ مِنۡهُ لَحۡمً۬ا طَرِيًّ۬ا وَتَسۡتَخۡرِجُواْ مِنۡهُ حِلۡيَةً۬ تَلۡبَسُونَهَا وَتَرَى ٱلۡفُلۡكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبۡتَغُواْ مِن فَضۡلِهِۦ وَلَعَلَّڪُمۡ تَشۡكُرُونَ

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan [untukmu] agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar [ikan], dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari [keuntungan] dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (14)


Semoga kita sentiasa menjadi hamba-Nya yang bersyukur dalam susah mahupun senang.

Review Bila Allah Menduga Kita - Najibah


Review Bila Allah Menduga Kita

by Najibah

Saya menerima buku Bila Allah Menduga Kita daripada penulisnya, Tuan Syed Alwi Alatas, menjelang makan tengahari hari Khamis 11 Februari 2010, dengan sepotong janji. Beliau minta buku ini diulas di blog, beserta pesannya “tak perlu khawatir, saya akan menerima review yang diberikan, walau banyak kritik sekalipun.” Ini tugas sukar saya kira, bagaimana mengkritik sebuah buku yang telah dihadiahkan oleh penulisnya sendiri? Bagaimana saya dapat membendung kecenderungan biasa dalam hati manusia untuk terhutang budi pada si pemberi?

Namun Allah mempunyai aturannya sendiri. Buku yang saya tatap beberapa halaman pertamanya ketika waktu rehat 11 haribulan itu, rupanya menjadi bekal yang sangat penting menjelang petang dan malam harinya. Sekitar waktu Asar Khamis itu, saya menerima berita dari kakak sulung. Seorang adik sepupu yang sedang menuntut di UiTM Seri Iskandar, telah ditimpa kemalangan jalan raya dalam perjalanan pulang menyiapkan tugasan akademik dengan rakan-rakannya.

Saya bergegas pulang sebaik sahaja tamat waktu kerja, mencongak sama ada perlu ke Hospital Batu Gajah sebaik tiba di rumah, atau menunggu berita terkini keadaannya dari abang-abangnya yang sedang memandu ke sana. Namun dalam perjalanan, berita yang lebih memedihkan akhirnya tiba. Adik sepupu saya, telah dipanggil pulang oleh Allah. Pada usia 20 tahun.

Malam itu sanak-saudara memenuhi perkarangan bilik mayat Hospital Batu Gajah. Kami tiba saat jenazah sedang dimandikan, sempat turut serta mengafan dan mengucupnya sebelum disembahyangkan. Saya lihat wajah tabah ibu saudara saya, tidak ada air mata melinangi pipinya, dan ucapnya pada saya, dia reda. Saya cuba gambarkan diri di tempatnya, bagaimana kalau yang disembahyangkan itu anak saya, apakah saya bersedia?

Itulah sekilas inti buku Bila Allah Menduga Kita, yang sempat saya baca beberapa halaman, muncul semula dalam fikiran saya di sisi jenazah. Apakah saya bersedia jika dugaan Allah menimpa saya waktu itu, saat itu juga? Dan menurut pengarangnya, tidak ada yang lebih penting saat kita menerima dugaan, tidak kira dugaan nikmat atau kesedihan, melainkan persediaan kita. Ini kerana persediaan kita itulah yang akan menentukan, apakah kehidupan ini akan kita akhiri dengan penuh keimanan kepada Allah, atau sebaliknya, Nauzubillah.

Pada saya, buku yang telah saya khatam ini sebenarnya buku yang serba sederhana. Namun usah cepat bingkas, kerana acapkali, kesederhanaan itulah yang lebih menyentuh dan meninggalkan bekas.

Kesederhanaan pertama yang saya temui pada buku ini adalah dari susunan bab-babnya. Hanya ada tiga bab utama saja dalam buku ini, iaitu ‘Berprasangka Baiklah Pada Tuhanmu’, ‘Iman Terhadap Takdir’ dan ‘Agar Anda Selalu Menang dan Bahagia’. Di dalam setiap bab ada subbahagian yang merupakan tajuk-tajuk kecil yang saling berturutan dan berkaitan, menyoroti setiap topik dengan santun dan tidak gopoh-gapah, dibumbui pelbagai kisah dari zaman Rasulullah s.a.w. sehinggalah apa yang kita sering hadapi pada masa kini. Di sinilah kesederhanaan itu bagi saya bertukar menjadi istimewa, kerana selitan kisah semasa membawa kedekatan masalah kepada kita, dan tidak meninggalkan kita terawang-awang mengenai peristiwa ratusan tahun lampau semata-mata. Dengan jelas, aplikasi ilmu sudah dinampakkan kepada kita secara bersahaja.

Selain itu, pendekatan pengarang yang menulis dengan bahasa yang sederhana, tetapi mengajak dan sesekali sedikit menggesa pembaca menempatkan diri dalam keadaan tertentu, turut memberi saya kesan. Mungkin ada segelintir yang tidak selesa dengan cara penulisan begini yang dianggap menggurui pembaca, tetapi saya tergolong di kalangan yang tidak kisah. Apatah lagi kalau membaca buku agama. Pada saya, kenapa tidak boleh pengarang itu menggurui saya, kalau ternyata saya memang layak menjadi muridnya? Dan bukankah membeli buku agama karangan sesiapapun, bererti kita telah sudi untuk digurui pengarangnya secara tidak langsung?

Dan benar, Syed Alwi Alatas telah banyak menggurui saya melalui buku ini. Saya rasa saya mampu melihat ujian Allah dengan kaca mata baru setelah menyudahkan bacaan. Saya ingat antara pengulangan yang ditekankan oleh pengarang dari sebuah hadis Rasulullah s.a.w., “Raihlah apa yang bermanfaat bagimu”, walaupun ketika itu kita sedang bergelumang dengan ujian. Dua kisah dari riwayat hidup Hasan Al-Banna dan Ummu Sulaim, sudah cukup untuk menjentik hati dan meninggalkan kesan.

Betapa juga, pandangan saya tentang beberapa hal yang saya anggap kecil (tetapi hakikatnya besar) mengenai takdir, selama ini terpendam begitu sahaja dan tidak berani saya terokai, ada jawapannya dalam buku ini. Saya ada kisah peribadi yang sangat berkait Bab 2 (Iman Terhadap Takdir). Sewaktu arwah Ayah saya meninggal di Mekah ketika usia saya 15 tahun selepas waktu haji, lima hari sebelum pulang ke Malaysia, saya sangat tertanya-tanya, kenapa doa dan tangisan saya dalam solat hajat setiap malam, sepanjang beberapa puluh hari arwah di sana (kecuali satu hari saya tertinggal), tidak dikabulkan Allah? Adakah kerana satu hari yang tertinggal itu?

Saya tahu, arwah Ayah sangat uzur ketika bertolak, malah doktor mahu membuat pembedahan pintasan jantung sebelum arwah berlepas, tetapi saya sangat tertanya-tanya, kenapa akhirnya arwah tidak dikurnia usia lebih panjang untuk pulang bertemu saya yang telah berdoa dan berdoa? Meskipun saya telah meredai pemergian arwah lama dahulu, tetapi saya selalu mencari jawapan yang memuaskan, yang dapat memberi ketenangan penuh mengenai masalah takdir ini, dan Alhamdulillah, buku ini menemukan saya dengan jawapannya. Ya, sebuah buku yang sederhana, tetapi menjadi sangat bermakna!

Akhirnya saya memahami, ada dua senjata penting dalam menghadapi kehidupan, tidak kira sewaktu dunia saya sedang bergolak, mahupun ketika dunia saya diempuki nikmat, iaitu sabar dan syukur. Saya berharap saya dapat menggunakan kedua-dua senjata ini pada masa sepatutnya dengan rahmat dan kurnia Allah. Penerangan panjang lebar pengarang dalam Bab 3 mengenai dua keperluan penting ini, akan mampu memberi kejelasan dan ruang lingkup baru pengamalannya.

Namun tidak dapat saya nafikan, buku ini mungkin tidak sebermakna seperti yang saya luahkan bagi orang lain, kerana sudut pandang manusia dalam hidup tentulah berbeza-beza. Apatah lagi, buku ini saya baca saat sedang menghadapi dugaan kehilangan, serta desakan pengalaman lampau yang mengesankan jiwa remaja saya 15 tahun lalu. Semua penilaian berbalik kepada diri kita, kerana diri kita semua bukanlah ‘tabula rasa’. Selain itu, mungkin juga pandangan saya yang sangat menyenangkan mengenai buku ini tercipta kerana saya telah terhutang budi menerimanya sebagai hadiah.

Walau bagaimanapun, satu kehampaan yang ingin saya bangkitkan mengenai buku ini, iaitu ayat-ayat Al-Qur’annya hanya ditampilkan dalam bentuk terjemahan sahaja, manakala ayat-ayat yang asli tidak dimasukkan bersama. Penghayatan ayat-ayat Al-Qur’an dalam bentuk asalnya bagi saya adalah penting dalam sesebuah buku agama. Ini sedikit sebanyak mencacatkan, saya kira. Barangkali keputusan pihak penerbit turut memainkan peranan dalam hal ini.